Depersonalisasi adalah salah satu gejala umum yang dialami oleh penderita skizofrenia. Sekitar 16% orang dengan kondisi ini mengalami depersonalisasi, yang membuat mereka merasa terputus dari diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu depersonalisasi, penyebabnya, serta cara mengelolanya.
Depersonalisasi bisa diartikan sebagai pengalaman merasa terpisah dari pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh. Dr. Lauren Gonzales, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa orang yang mengalami depersonalisasi seringkali merasa seperti pengamat luar yang melihat diri mereka sendiri dari jarak jauh. Ini bisa membuat seseorang merasa seolah-olah mereka sedang menonton film tentang hidup mereka sendiri.
Gejala depersonalisasi dapat bervariasi, tetapi beberapa yang umum meliputi:
– Rasa tidak terhubung dengan pikiran, perasaan, dan tubuh
– Merasa seperti robot
– Kebas emosional dan fisik
– Ketidakpercayaan terhadap ingatan
– Kesulitan dalam mengidentifikasi atau mendeskripsikan emosi
– Merasa seolah-olah mengamati kehidupan dari luar tubuh, atau merasa hidup dalam dunia mimpi
Pada penderita skizofrenia, depersonalisasi dapat muncul dengan cara yang berbeda. Misalnya, seseorang mungkin merasa bingung, mengalami sensasi fisik aneh, atau melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dr. Gonzales juga mencatat bahwa depersonalisasi sering kali terjadi pada tahap awal skizofrenia dan cenderung berkurang seiring waktu.
Salah satu faktor yang dapat memicu depersonalisasi adalah trauma. Penelitian menunjukkan bahwa 25% hingga 53% orang dengan riwayat penyalahgunaan mengalami depersonalisasi. Ini terjadi karena pengalaman traumatis dapat memengaruhi cara otak berfungsi, sehingga individu merasa perlu untuk melindungi diri dengan cara memisahkan diri dari tubuh dan pikiran mereka.
Penyebab depersonalisasi dalam konteks skizofrenia bisa beragam. Beberapa di antaranya meliputi:
– Stres ekstrem, baik dari situasi pribadi maupun pekerjaan
– Kecemasan atau depresi yang berkepanjangan
– Penggunaan obat-obatan terlarang
Mengatasi depersonalisasi pada penderita skizofrenia memerlukan penanganan terhadap penyebab utama, yaitu skizofrenia itu sendiri. Pengobatan biasanya melibatkan kombinasi obat antipsikotik dan terapi perilaku kognitif untuk psikosis (CBTp). Selain itu, intervensi psikososial seperti pelatihan keterampilan sosial dan dukungan pekerjaan juga penting, serta perubahan gaya hidup dan perawatan diri.
Berikut beberapa strategi yang dapat membantu mengelola depersonalisasi:
1. Pengobatan: Obat antipsikotik merupakan pengobatan utama untuk skizofrenia, yang membantu mengatasi gejala seperti halusinasi dan delusi.
2. Terapi Perilaku Kognitif untuk Psikosis (CBTp): Terapi ini dapat mengurangi stres yang dapat memicu gejala depersonalisasi dan meningkatkan fungsi sehari-hari. Terapi ini juga mengajarkan keterampilan baru untuk mengatasi momen sulit.
3. Teknik Grounding: Teknik ini membantu individu tetap terhubung dengan kenyataan. Contohnya, mencium aroma lilin yang kuat, memegang es batu, atau mengunyah permen asam dapat membantu mengalihkan perhatian kepada pengalaman fisik yang kuat. Menanyakan pada diri sendiri, “Di mana saya?”, “Siapa saya?”, atau “Hari ini tanggal berapa?” juga dapat membantu mengembalikan fokus.
Depersonalisasi adalah gejala yang umum pada penderita skizofrenia dan dapat menyebabkan perasaan terputus dari tubuh, pikiran, dan perasaan. Meskipun bisa sangat mengganggu, ada berbagai cara untuk mengelola gejala ini melalui pengobatan, terapi, dan teknik grounding. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami depersonalisasi, penting untuk mencari bantuan profesional untuk mendapatkan dukungan yang tepat.