Skizofrenia adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan kompleks, sering kali ditandai dengan gejala seperti halusinasi, delusi, dan pola pikir yang terdistorsi. Sayangnya, orang dengan skizofrenia juga memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10% orang dengan skizofrenia berisiko meninggal karena bunuh diri, yang menjadikannya sebagai salah satu penyebab utama hilangnya tahun hidup pada penderita kondisi ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa risiko bunuh diri lebih tinggi pada penderita skizofrenia, faktor-faktor yang mempengaruhi, tanda-tanda peringatan, serta cara untuk mengelola risiko tersebut.
Penting untuk memahami bahwa meskipun pikiran bunuh diri dapat terasa menakutkan dan menyendiri, ada bantuan yang tersedia. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami pikiran tersebut, penting untuk tidak menghadapi masalah ini sendirian.
Mengapa Penderita Skizofrenia Memiliki Risiko Bunuh Diri yang Lebih Tinggi?
Ada banyak alasan mengapa orang dengan skizofrenia berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Pertama, gejala intrinsik dari skizofrenia, seperti halusinasi dan delusi, dapat menyebabkan perasaan putus asa dan kehilangan harapan. Alex Anderson-Kahl, seorang psikolog bersertifikat, menjelaskan bahwa kesulitan dalam membedakan antara kenyataan dan khayalan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak individu dengan skizofrenia mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti menjaga pekerjaan atau menjalin hubungan sosial yang bermakna. Penelitian menunjukkan bahwa hambatan fungsional ini dapat memperburuk perasaan tidak berharga dan terisolasi, yang merupakan faktor risiko bunuh diri. Selain itu, mereka yang menyadari kondisi mereka sering kali merasa cemas tentang dampak yang mungkin ditimbulkan pada hidup mereka, yang dapat meningkatkan rasa putus asa.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko bunuh diri termasuk ketidakpuasan terhadap pengobatan, ketidakpatuhan terhadap rencana perawatan, dan adanya peristiwa hidup yang signifikan dalam tiga bulan terakhir. Penelitian juga menunjukkan bahwa ada kemungkinan faktor neurobiologis yang mendasari, yang berarti perbedaan fisik dalam otak dan sistem saraf dapat berkontribusi terhadap pemikiran bunuh diri.
Faktor-Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada penderita skizofrenia meliputi:
– Jenis kelamin laki-laki
– Usia yang lebih muda
– Tinggal sendirian
– Belum menikah
– Pengangguran
– Tingkat pendidikan yang tinggi
– Memiliki kecerdasan yang baik
– Memiliki fungsi yang baik sebelum munculnya skizofrenia
– Mengalami peristiwa hidup signifikan dalam tiga bulan terakhir
– Akses ke sarana bunuh diri, seperti senjata api
– Penanganan yang terlambat
– Memiliki subtipe paranoid dari skizofrenia
– Mengalami delusi aktif
Tanda-Tanda Peringatan
Tanda-tanda peringatan bunuh diri pada penderita skizofrenia mirip dengan tanda-tanda pada populasi umum. Beberapa tanda yang perlu diperhatikan termasuk:
– Membicarakan keinginan untuk mati
– Merasa bersalah atau seperti beban bagi orang lain
– Merasa terjebak, putus asa, kosong, atau tidak ada alasan untuk hidup
– Merasa gelisah, cemas, atau marah
– Menarik diri dari keluarga dan teman
– Mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang terkasih atau mengatur urusan pribadi tanpa alasan yang jelas
– Mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem
– Meningkatkan penggunaan obat terlarang atau alkohol
– Melakukan perilaku berbahaya
– Tidur atau makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya
– Mencari cara untuk mati atau membuat rencana
Satu tanda peringatan yang mungkin lebih spesifik untuk penderita skizofrenia adalah peningkatan keparahan gejala psikotik, terutama halusinasi pendengaran yang memerintahkan mereka untuk melakukan tindakan berbahaya.
Mengelola Risiko Bunuh Diri
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami pikiran bunuh diri, penting untuk segera mencari bantuan. Mengelola risiko bunuh diri pada penderita skizofrenia melibatkan diskusi yang konsisten dengan tim perawatan, memastikan kepatuhan terhadap rencana perawatan, serta memantau tanda-tanda peringatan. Mempertahankan sistem dukungan yang kuat juga sangat penting.
Perawatan untuk skizofrenia biasanya melibatkan kombinasi obat dan intervensi psikososial, seperti terapi individu, terapi keluarga, pelatihan keterampilan sosial, dan rehabilitasi vokasi. Dalam situasi di mana gejala sangat parah, rawat inap mungkin diperlukan. Selain itu, penting untuk mengurangi akses ke sarana bunuh diri yang mematikan, seperti senjata api.
Mencari Bantuan
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal dalam bahaya bunuh diri atau telah mencoba bunuh diri, segera hubungi layanan darurat atau hotline krisis. Di Indonesia, Anda bisa menghubungi hotline kesehatan mental yang tersedia untuk mendapatkan dukungan. Jangan tinggalkan orang yang Anda khawatirkan sendirian; pastikan mereka ditemani sampai bantuan tiba.
Kesimpulan
Skizofrenia terkait dengan risiko bunuh diri yang signifikan, dengan berbagai faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan tersebut. Penting untuk memahami risiko ini dan mencari bantuan jika diperlukan. Dengan perawatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak orang dengan skizofrenia dapat mengelola gejala mereka dan hidup dengan lebih baik. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kesulitan, ingatlah bahwa ada banyak sumber daya dan dukungan yang tersedia.