Kanker kolorektal dini adalah istilah yang merujuk pada kanker usus besar dan rektum yang berkembang pada individu di bawah usia 50 tahun. Meskipun kanker kolorektal umumnya terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas, angka diagnosis pada orang yang lebih muda mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Saat ini, diperkirakan sebanyak 10 persen dari semua diagnosis kanker kolorektal baru terjadi pada orang dewasa muda. Dengan semakin banyaknya kasus yang muncul di kalangan orang dewasa muda, para ilmuwan berusaha menemukan penyebab di balik fenomena ini.
Kanker kolorektal dini dapat ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali di usus besar (kolon) atau rektum. Sel-sel yang mengalami malfungsi ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dalam kondisi normal, tubuh kita mampu mengeliminasi sel-sel dengan DNA yang rusak sebelum mereka berubah menjadi kanker. Namun, seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mengatasi sel-sel ini menurun, sehingga risiko kanker meningkat seiring bertambahnya usia. Lonjakan kasus kanker kolorektal dini menjadi hal yang tidak biasa dan memprihatinkan.
Bagi banyak orang muda, kanker kolorektal mungkin bukan sesuatu yang mereka khawatirkan, sehingga mereka sering mengabaikan gejala-gejala yang muncul. Menurut Dr. John Marshall, seorang ahli kanker dari Georgetown University, penting bagi kita untuk lebih sadar akan gejala kanker kolorektal agar dapat segera mengambil tindakan. Beberapa gejala umum yang sering dilaporkan sebelum diagnosis kanker kolorektal dini meliputi:
1. Pendarahan Rektum: Munculnya bercak darah yang cerah atau gelap dalam tinja.
2. Nyeri Perut: Rasa tidak nyaman seperti kembung, gas, atau kram.
3. Perubahan Pola Buang Air Besar: Diare atau sembelit yang tidak biasa, serta bentuk tinja yang lebih sempit.
4. Anemia Defisiensi Besi: Kekurangan sel darah merah yang sehat akibat kehilangan darah atau penyerapan nutrisi yang buruk.
Penelitian menunjukkan bahwa memiliki satu gejala dapat hampir menggandakan risiko diagnosis kanker kolorektal dini, sedangkan dua gejala meningkatkan risiko lebih dari 3,5 kali lipat, dan tiga atau lebih gejala dapat meningkatkan risiko lebih dari 6,5 kali lipat.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal dini tidak dapat diubah, seperti kondisi genetik seperti sindrom Lynch dan poliposis adenomatosa familial. Selain itu, latar belakang ras dan etnis juga berperan; misalnya, orang Amerika Asli dan penduduk Alaska memiliki tingkat kanker kolorektal tertinggi di AS.
Di sisi lain, terdapat juga faktor risiko yang dapat diubah, seperti:
– Obesitas: Penelitian menunjukkan bahwa setengah dari orang dewasa muda dengan kanker kolorektal memiliki berat badan berlebih, dan 17 persen di antaranya obesitas.
– Diet Tidak Sehat: Konsumsi daging merah dan olahan, serta minuman manis, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.
– Kurangnya Aktivitas Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif berkontribusi pada risiko kanker yang lebih tinggi.
– Merokok: Penelitian menunjukkan bahwa mantan perokok memiliki risiko 139 persen lebih tinggi untuk mengembangkan kanker kolorektal dibandingkan dengan non-perokok.
– Konsumsi Alkohol: Penggunaan alkohol yang moderat hingga berat diketahui sebagai faktor risiko kanker kolorektal.
Diagnosis kanker kolorektal dini dilakukan melalui pemeriksaan dan tes diagnostik. Untuk orang yang berisiko rata-rata, American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan rutin mulai usia 45 tahun. Namun, jika seseorang yang lebih muda menunjukkan gejala, kolonoskopi mungkin diperlukan.
Beberapa metode skrining yang dapat mendeteksi kanker kolorektal dini meliputi:
– Kolonoskopi: Metode paling umum untuk skrining kanker kolorektal, dilakukan setiap 10 tahun untuk individu berisiko rata-rata.
– Tes Tinja: Seperti Fecal Immunochemical Test (FIT) yang mendeteksi darah dalam tinja.
– Tes Darah: Seperti Shield Blood Test yang mencari perubahan spesifik pada DNA dalam darah, menunjukkan adanya tumor atau pertumbuhan pra-kanker.
Pengobatan kanker kolorektal dini tergantung pada stadium kanker, dan mungkin meliputi:
– Bedah: Mengangkat jaringan kanker dan mungkin merekonstruksi usus.
– Kemoterapi: Menggunakan obat yang menghancurkan sel kanker.
– Imunoterapi: Membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan membunuh sel kanker.
– Terapi Target: Mengobati perubahan genetik yang menyebabkan sel sehat berubah menjadi kanker.
– Radioterapi: Menggunakan sinar energi tinggi untuk mengecilkan atau menghilangkan tumor.
Untuk mencegah kanker kolorektal dini, CDC merekomendasikan skrining rutin dan perubahan gaya hidup sehat, seperti meningkatkan aktivitas fisik, menjaga berat badan sehat, dan menghindari rokok serta alkohol berlebihan.
Kanker kolorektal sangat dapat diobati jika terdeteksi sebelum menyebar. Meskipun setiap kasus berbeda, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan kanker kolorektal stadium awal memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun yang cukup baik, mencapai 90 persen. Namun, penting untuk diingat bahwa individu di bawah 55 tahun cenderung didiagnosis pada stadium lanjut, yang dapat mempengaruhi prognosis mereka.
Dalam menghadapi tantangan kanker kolorektal dini, dukungan dari komunitas dan organisasi seperti Colorectal Cancer Alliance dan Fight Colorectal Cancer sangat berarti bagi pasien dan keluarga mereka. Selain itu, kesadaran tentang gejala dan risiko dapat membantu orang dewasa muda untuk lebih proaktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Dengan meningkatnya angka kanker kolorektal dini, penting bagi kita untuk lebih peka terhadap gejala dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin. Mari kita jaga kesehatan kita dan tidak ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada gejala yang mencurigakan.