Terapi Radiasi Singkat: Efektif Tanpa Efek Samping Berlebih untuk Kanker Payudara

by rohmat

Deprecated: preg_split(): Passing null to parameter #3 ($limit) of type int is deprecated in /home/googo.my.id/public_html/wp-content/themes/soledad/inc/template-function.php on line 1002

Deprecated: preg_split(): Passing null to parameter #3 ($limit) of type int is deprecated in /home/googo.my.id/public_html/wp-content/themes/soledad/inc/template-function.php on line 1002
4 minutes read

Pendekatan Baru dalam Terapi Radiasi Pasca Operasi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum dihadapi oleh wanita di seluruh dunia. Setelah menjalani operasi untuk mengangkat tumor, sering kali dokter merekomendasikan terapi radiasi sebagai langkah lanjutan untuk memastikan bahwa sel-sel kanker yang mungkin tersisa dapat dihilangkan. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan penelitian, pendekatan terhadap terapi radiasi pun mulai berubah. Baru-baru ini, sebuah studi menunjukkan bahwa wanita yang menerima dosis radiasi yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat setelah operasi kanker payudara mengalami lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan pasien yang menjalani jadwal konvensional. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai temuan ini.

Terapi Radiasi Pasca Operasi Kanker Payudara

Sejak tahun 1970-an, terapi radiasi telah menjadi standar perawatan bagi banyak pasien kanker payudara setelah menjalani operasi. Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin masih tersisa di area payudara. Namun, metode tradisional yang umum digunakan biasanya memerlukan 25 hingga 28 sesi terapi, yang berlangsung selama 5 hingga 6,5 minggu. Ini bisa menjadi proses yang melelahkan dan menimbulkan berbagai efek samping.

Pendekatan Modern: Hipofraksinasi

Dalam penelitian terbaru, pendekatan yang dikenal sebagai hipofraksinasi mulai mendapatkan perhatian. Metode ini melibatkan pemberian dosis radiasi yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat, biasanya dalam 13 hingga 16 sesi, atau bahkan lebih singkat lagi dalam kasus ultra-hipofraksinasi yang hanya memerlukan lima sesi. Dr. Lee Shing Fung, seorang onkolog radiasi dari National University Cancer Institute di Singapura, menjelaskan bahwa meskipun tingkat kelangsungan hidup dan angka kekambuhan kanker sama, pendekatan ini lebih efektif dalam mengendalikan kanker sambil mengurangi efek samping, meningkatkan kenyamanan pasien, dan berpotensi menghemat biaya bagi pasien dan sistem kesehatan.

Efek Samping yang Lebih Sedikit

Salah satu temuan menarik dari studi ini adalah bahwa pasien yang menjalani hipofraksinasi mengalami risiko lebih rendah terhadap beberapa efek samping. Misalnya, risiko kemerahan dan pengelupasan kulit (yang dikenal sebagai dermatitis radiasi akut) berkurang hingga 46% pada pasien yang menjalani terapi konservasi payudara dan 32% pada pasien yang menjalani mastektomi, dibandingkan dengan regimen tradisional. Selain itu, masalah seperti hiperpigmentasi (noda gelap pada kulit) dan penyusutan payudara juga lebih jarang terjadi pada wanita yang menerima dosis radiasi yang lebih tinggi dalam waktu singkat.

Kualitas Hidup yang Lebih Baik

Tidak hanya efek samping yang lebih sedikit, tetapi juga kualitas hidup pasien yang menjalani hipofraksinasi tampaknya lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menerima terapi radiasi dengan dosis lebih tinggi dalam waktu lebih singkat melaporkan penampilan payudara yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menjalani regimen konvensional.

Apa Itu Ultra-Hipofraksinasi?

Ultra-hipofraksinasi adalah pendekatan yang lebih baru di mana terapi radiasi diselesaikan dalam hanya lima sesi. Meskipun data mengenai keamanan dan efektivitasnya masih kurang, penelitian menunjukkan bahwa hasilnya mirip dengan hipofraksinasi dalam jangka waktu hingga lima tahun. Ini menjadikan pendekatan ini sebagai pilihan menarik bagi pasien kanker payudara stadium awal yang terpilih.

Mengapa Perubahan Ini Penting?

Perubahan dalam pendekatan terapi radiasi ini sangat penting karena dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien. Tidak hanya mengurangi efek samping, tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup. Namun, untuk mengintegrasikan protokol radiasi yang lebih pendek ini ke dalam praktik standar, diperlukan lebih banyak penelitian jangka panjang, terutama untuk ultra-hipofraksinasi.

Dr. Fung menyatakan bahwa temuan ini mendukung bahwa hipofraksinasi moderat seharusnya ditawarkan kepada sebagian besar pasien, sementara ultra-hipofraksinasi harus dipertimbangkan untuk pasien kanker payudara stadium awal yang terpilih. Dr. Meena S. Moran, seorang profesor radiologi terapeutik di Yale School of Medicine, juga menekankan pentingnya diskusi antara pasien dan dokter mengenai pilihan pengobatan yang tersedia.

Langkah Selanjutnya

Untuk memastikan bahwa perubahan ini dapat diterapkan secara luas, pembaruan pada pedoman klinis, pelatihan untuk penyedia layanan kesehatan, dan penyesuaian kebijakan kesehatan, terutama terkait penggantian biaya, sangat diperlukan. Pasien yang diberi tahu bahwa mereka akan menerima terapi radiasi konvensional sebaiknya berdiskusi dengan dokter mereka mengenai alasan penggunaan jadwal fraksinasi yang lebih lama.

Kesimpulan

Dengan adanya penelitian terbaru ini, harapan baru muncul bagi pasien kanker payudara. Pendekatan hipofraksinasi dan ultra-hipofraksinasi menawarkan alternatif yang lebih nyaman dan efektif, dengan efek samping yang lebih sedikit. Masyarakat, terutama wanita yang berisiko atau telah didiagnosis dengan kanker payudara, sebaiknya tetap mendapatkan informasi terbaru mengenai opsi perawatan yang ada. Diskusi terbuka dengan tenaga medis akan membantu pasien membuat keputusan yang lebih baik mengenai kesehatan mereka. Dengan demikian, kita berharap dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara di Indonesia dan di seluruh dunia.

You may also like

Leave a Comment